Karya Margarita Wihaulia
Literasi Kalbar - Puisi karya Margarita Wihaulia mengajak pembaca merefleksikan diri tentang kejadian yang dialami manusia umumnya. Puisi yang sepertinya merujuk kepada diri manusia sendiri tentang kedalaman diri. Silakan pembaca menikmati puisi perempuan asal landak ini.
![]() |
pic pixabay |
Puisi Hiduplah untuk Hari Ini & Puisi Margarita Wihaulia Lainnya
"Hingga sepenggal doa dan rasa rindu, Tertitip pada tangan Tuhan"
Sedikit Terluka
Hanya kau yang bergerak
Dan sang waktu buat diri cemas
Tapi,
Tidak ada tapi tapi
Coba sejenak menepi kala sepi
Pernahkah kau bertanya,
Kesalahan terbesar apa
Yang pernah kau lakukan dimasa lalu
Sampai kau sesakit ini
Kau cari jejak tak ada juga
Kau selesaikan yang ini, yang itu datang
Kau tak meminta namun diberi
Kau tidak marah
Kau juga tidak benci dengan Tuhan, bukan?
Aku mengerti,
Ini hanyalah murni kesedihanmu
Hingga terucap tanya,
Mengapa harus aku
Langit tidak selalu biru
Bahkan ketika ia gelap
Ia mampu menenggelamkan
Tapi harapku kau tetap berdiri di tengah badai
Sambil berucap,
Suka-sukamu Tuhan
***
Mereka yang Pergi
Warga jagat yang sedang menggugat
Perasaanku,
Telah tumbas dibawa ombak yang baru datang
Hanya suara tinjak jadi kenangan
Semampang ia kembali
Sajak duka ini kan diberikan
Namun surat bahari dengan yang Esa
Tanda ikhlas atas kepergiaannya
Mataku yang rungau
Batinku yang ruai
Kukatakan sekali lagi,
Ambruk-ambruklah!
Pujuk empenak menenangkanku
Mengambil alih tatanan hidupku
Memastikan mereka hanyalah pulang
Bukan tuk pergi
Dalam hati,
Andai itu benar
Nyatanya dalam mimpi pun
Tak pernah Kembali
Hingga sepenggal doa dan rasa rindu
Tertitip pada tangan Tuhan
Akhirnya selesai
Lalu ucap selamat tinggal
Nantikan aku disurga
Terimakasih sudah ada
***
Hiduplah untuk Hari Ini
Mawar mekar barulah mulai
Usai mekar lalulah layu
Kita ini hidup bercanda
Sebahagia apa orang pinggiran
Gerak-gerik pertanda lapar
Mengemis pada sang khalik
Hari ini adalah hariku
Nasib seperti anak bulan
Seketika datanglah alai-belai
Memohon juangku
Mari bercelatuk denganku
Dengan masa depan beralip-alipan
Coba melangkah di hari itu
Harapan berbenih namun terlelap
Berkeriau tegaskan amarah
Niscaya berlengkesa juga imannya
Bersibar tangis melilit rasa
Bilamasa menghibur secara mandiri
Ibu berikan kemit tubuh padaku
Karena aku anak yang dikasihinya
Sungguh kirana pesonanya
Saksikan aku tumbuh dewasa
***
Bionarasi
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon