Selasa, 17 November 2020

Sajak-Sajak Sholikin dan Senandung Kapuas

author photo

Sajak-Sajak Sholikin menggambarkan alam sekitarnya, dalam hal ini sungai Kapuas. Sayang sekali penulis yang mengetahui Sungai Kapuas kurang mengeksplorasi tentang itu. Namun puisi berikut ini patut dibaca dan menjadi renungan mengenai sungai Kapuas dan kehidupan dari sudut pandang penulis.


"kini bukan riuh riak gelombang, melainkan doa-doa yang selalu mengumandang"



Sajak-sajak sholikin
Sajak-Sajak Sholikin, pic:pixabay.com


Musim Kemarau di Sungai Kapuas


Di lepau-lepau tepi sungai

aku termangu 

menatap air sungai Kapuas tak lagi mencium bibir daratan, 

yang sepekan menyusut ke tengah.

Biduk tak lagi dikayuh, di mana tiap subuh berlabuh di tengah perairan; 

menghamparkan harapan 


Musim kemarau mengeringkan hati mereka 

jiwa tak lagi basah, 

wajah tak lagi terang direnggut musim kerontang


Dan kulihat airnya tak lagi menari-nari

yang kerap jadi penghibur anak-anak di kala senja melipat ke ufuk pulang

hingga menyambut malam

tak kudengar lagi riuh di bawah gubuk

sebagai pengantar bunga tidurku

kini bukan riuh riak gelombang

melainkan doa-doa yang selalu mengumandang


Kuala Dua, 2020


***



Mengasakan Kebahagiaan


Di dalam gubuk berpenampang papan

dan beratap rumbia.

Kebahagiaan bagaikan remang lampu bersama kasih ibu yang melumat kecemasan

pada tiap waktu yang kerap mengumandang


Serta angin yang kian menerpa

dan buah bibir nyalang mengiris telingaku

hatiku tegar! Terus berlari mencari pendar 

cahaya langit

karena ada mimpi yang mengakar hingga terlilit di tangan-Nya


Sedari kecil kehidupanku dinaungi mega kelabu

Dihujani kegamangan; matahariku menyusuri tubir jurang

Hidup serupa ombak yang ingin bercumbu daratan

yang beraromakan wewangian Sang Tuan


Meski kehidupan merenggut senyumku

aku tak henti-hentinya berada di kelopak malam

sembari melantunkan kidung suci

berharap menggenggam langit biru nan abadi


Kuala Dua, 16 Oktober 2020


***



Senandung Sungai Kapuas


Di sinilah aku dilahirkan, 

pada gubuk yang mengapung di atas riuh riak Sungai Kapuas

Airnya mengalir panjang membelah jantung Kota Pontianak

Serta menyimpan sejibun kisah nan syahdu

mengalirkan deras rindu jikalau jauh darimu


Tampak jelas, bersemayam wajahku pada genangan airnya

Ikan-ikan tampak riang kala riak menggiringnya 

Keindahannya setia memanjakan mata

Mengusir lara kala bercengkerama di bibirnya.


Tiap senja hendak pulang, 

aku s'lalu bercumbu padamu; mendendangkan syair-syair bersama belaian bayu

Kanak-kanak meluruhkan segala noda yang melekat di daksa 

riang terpancarkan dari sudut wajahnya


Oh, Sungai Kapuas, 

kehadiranmu memberikan napas pada setiap insan

airmu diminum menjelma embun dalam sanubari

Tak ada yang mampu aku lakukan selain menjagamu.

dari tangan-tangan setan yang kerap mengeruhkan bening airmu


Kubu Raya, 15 September 2020


***



Bara Juang Soedirman


Di negeri yang pernah kau pikul ini

perlahan mulai menaburkan aroma melati  

terhidu larut dalam selaksa juang 

yang pernah terpatri di dalam dadamu


Semangatmu serupa nyala api yang tak kunjung padam

walau dalam ragamu waktu kian memahat tulang-belulang, 

tapi kau malah menjelma serigala, 

menorehkan tajam kukumu bagi siapa yang merampas isi perut ibu pertiwi

kau selalu tegak di depan, karena di belakang bagimu adalah kekalahan


Oh... Pak Soedriman

Seperti mencari di padang ilalang 

untuk menemukan juangmu di negeri yang pernah kau genggam 

suaramu yang menggelegar

sorot matamu yang nyalang

daksamu yang tegap dan tegar 

Pernah mengusir benalu dunia dan menggapai bintang  

walau harus bermandikan darah

pun kau berpadu dengan tanah

namun, namamu tak hancur digilas zaman 

Karena pucuk kemerdekaan dipetik bersama nyawamu yang melayang.


Kuala Dua, 2020


***



Menuju cinta-Nya


Terkadang hal yang membuatmu percaya akan adanya cinta, 

perlahan malah menaburkan aroma luka.

Sejak saat itu aku memutar haluan hidup

menuju cinta-Nya yang tak pernah redup

merapal doa menadah penuh asa

agar s'lalu berada dalam naungan-Nya


KualaDua, 2020


***


Sholikin, lahir di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Ia sangat mencintai dunia literasi. Sekarang aktif di Kelas Menulis Daring asuhan Muhammad Subhan. Buku Antologi bersamanya "Merindu Indonesia" (Berita Esok Hari) "Pupuk Malu" (Mandala Penerbit) "Never Give Up" (Jejak Publisher). Kritik dan saran sangat diharapkan bisa menghubungi di akun Instagram @likin666_FB Likin At Tamimi.


Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com


Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan




Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post