Kamis, 29 Oktober 2020

Sajak-Sajak Ardhi Ridwansyah dan Pemetik Gitar

author photo

Sajak-Sajak Ardhi Ridwansyah menggambarkan pada pembaca mengenai rasa gundah seseorang dan mengajak pembaca untuk bersemangat. Baca puisi lainnya untuk mengetahui detailnya.


Pada setiap nada,

Yang kau petik dari gitar itu,

Tercantum memori rindu;

Kau bernyanyi dengan tangis sendu. 


Sajak-sajak Ardhi Ridwansyah
Sajak-Sajak Ardhi Ridwansyah pic pixabay


Memanjat Lembah


Pada lembah yang curam,

Kududuk meringkuk, genggam

Kerikil dengan rasa geram.


Orang di atas sana tertawa,

Saat jiwa rapuh terlelap dengan gulita,

Sebagai selimut dan sunyi adalah kawan,

Yang menikam harapan.


Merapal doa, membangun siasat,

Bahu-membahu bangkit serta pekik gairah,

Menjerit di dada; bangkit dengan api yang menyala,

Di setiap mata yang nyalang.


Memanjat lembah, menuju tanah,

di mana mentari menyapa ilalang,

Sedang gulita tercabik cerah.

Tawa pun merekah.

Jakarta, 2020

***


Sejak Mentari Lahir


Sejak mentari lahir,

Dan hangatkan rel kereta yang terpapar,

Dinginnya malam.

Segenap napas melenguh.


Mata rabun pandang segala yang indah dan buruk,

Dada tak bersahabat dan lelah mengetuk jiwa,

Lekas membunuh setiap harapan,

yang disemai sebagai tanaman,

Penuh kerindangan.

Jakarta, 2020

***


Petikan Gitar


Pada setiap nada,

Yang kau petik dari gitar itu,

Tercantum memori rindu;

kau bernyanyi dengan tangis sendu.


Tiada yang tahu, sebab kau membisu.

kejujuran adalah pintu yang terbuka,

dan saat itu kurasuki ragamu yang luka

Menabur cerita tentang romansa,

Yang tak kunjung luntur meski dibilas masa.

Jakarta, 2020

***


Jakarta Malam Ini


Jakarta malam ini,

Kutitip pesan tangis dan tawa di sisimu,

Sang kota yang sibuk dengan gemerlap;

Lampu-lampu terpancar dari gedung megah,

Kafe, dan rumah-rumah warga yang ramai,

Dengan riuh para bocah sedang bermain bola.


Singkat saja risalahku,

Kurindu pada cinta yang benar-benar,

Membuatku nyata; bangkit dari tidur,

Dan berjuang untuk menuangkan ilmu,

Di setiap kepala yang terjerat semu.


Lantunkan sajak yang mengajak,

Untuk meramu kasih dari air mata dan canda,

Memahami derita di sudut mata dengan khidmat,

Yang rekah di dada.

Jakarta, 2020

***


Rimpang


Rimpang menuai rampang,

Kau ke kanan sedang aku ke kiri.

Kau bersandar pada bebatuan yang semedi di tepi pantai,

Sementara aku, mengarungi ombak ganas yang lapar,

Dan siap melumat sampai tamat.

Minum secangkir kopi, sudah buatmu tenang.

Beriring irama jangkrik, kau lelap ditimang bintang.


Memilih tenggak air mata yang kuperas sendiri.

Dengan puisi yang ditulis ditemani sunyi,

Meluapkan resah kepada dunia,

Atas ketidakadilan yang kerap selimuti,

Orang-orang bermata sayu; bibirnya merintih.

Jakarta, 2020

***


Ardhi Ridwansyah kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998. Puisinya “Memoar dari Takisung” dimuat di buku antologi puisi “Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Tulisannya dimuat pada majalah Kuntum, Radar Cirebon, dan Harian Bhirawa, serta media daring. Penulis buku antologi puisi tunggal Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam. Salah satu penyair terpilih dalam “Sayembara Manuskrip Puisi: Siapakah Jakarta”. Hubungi via E-Mail: ardhir81@gmail.com, Instagram: @ardhigidaw, FB: Ardhi Ridwansyah, No WA: 089654580329


Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi  & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com


Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan

Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post