Jumat, 19 Maret 2021

Sajak De Eka Putrakha dan Sesuatu yang Pergi Biarkanlah Berlalu

author photo

literasikalbar.com - Sajak De Eka Putrakha dan sesuatu yang pergi biarkankah berlalu terbagi menjadi beberapa fragmen. Fragmen yang dibagi mengajak pembaca memahami tiap fragmen dan menghubungkannya. Ada tantangan dan keseruan sendiri bagi pembaca menghubungkan tiap fragmen, tiap bait, dan menghubungkan puisi di luar naskah.


Sajak De Eka Putrakha pic pixabay


Sajak De Eka Putrakha dan Sesuatu yang Pergi Biarkanlah Berlalu

 

"berusaha merapikan kenangan, memilah untuk disimpan atau dibuang selamanya"


satu


seulas senyum masih ingin terpancar

dari wajah penuh kisah

: ada suka duka yang meraja

keduanya ingin menjadi paling terlihat

dari wajah penuh cerita-cerita

: ada masa lalu dan masa depan

keduanya ingin menjadi tunas dalam pikiran


seulas senyum masih tabah

sembari memendam bara dalam hati

ingin ia bawa berlari segala luka

membiarkannya mengering ditiup angin

kemudian membawa perih itu terbang

bersama asa yang mengangkasa


ia tidak menyukai air mata kesedihan

ia ingin merawat senyum sampai kapan pun


langkah perjalanannya akan menjadi kisah

baginya

bagi orang lain

yang mengharapkannya pergi

yang mengharapkannya kembali

: dan berdamai bersama kedua pilihan itu



dua


hatinya remuk redam kala impian musnah

hancur berserakan dan jemarinya tak berdaya

memungut kembali pecahan itu

sehimpun doa tak berkesudahan dirapal

meski lidah kelu berucap

“aku ingin pergi saja!”


membuang keduakaan selayaknya membuang diri

dari orang-orang yang melupakan kesedihannya

membawa pergi sebagaimana menjauhkan diri

dari orang-orang yang tidak ingin didekatinya



tiga


sementara meretas jalan

ia berusaha merapikan kenangan

memilah untuk disimpan atau dibuang selamanya

seperti perjalanannya kali ini

adalah sebuah pelarian seperti anggapan

orang-orang yang tidak ingin disebutkan nama

dan nama-nama itu akan tersimpan

dalam ingatan

walau tidak selayaknya dikenang selamanya



empat


terdengar cerita tentang seseorang yang tengah gundah hatinya

berjalan belajar merasakan pahitnya hidup

dari kata-kata orang, dari cela yang tidak bercelah

ia ingin pergi saja menjauh

sampai tiada lagi yang mencarinya


tersebutlah cerita tentang seseorang

yang tengah menguatkan hatinya

seringkali hingga berkali-kali

berjalan terus berlari meretas duri

dari setiap pijakan kaki

ia ingin kembali pulang

jika sekiranya menjadi jalan kepergian berikutnya



lima


hingga akkhirnya ia berjalan mengikuti kemauan hati

hingga akhirnya ia melangkah dengan kekuatan hati

tiada kemauan yang benar-benar ia turuti

                : selain kata hati


tinggalah segala kegundahan

bisik hatinya sembari menguatkan pijakan langkah

jalannya masih panjang untuk ditempuh

jutaan asa beterbangan

terbawa angin mengangkasa

terbanglah dengan bebas! teriaknya

tinggalkan segara duka itu segera



enam


hari demi hari berlalu begitu cepat

             : detik selalu mengejar

dan berlarilah sekencang-kencangnya

meninggalkan waktu yang berserakkan

tak usah dipungut mimpi-mimpi kelam


pada suatu ketika nanti

pulanglah jika memang waktunya kembali pulang

ceritakanlah segala pencarian itu

tanpa sedikit pun mengingat kepahitan

sebab dia telah pergi

sebab dia telah berlalu


seulas senyum tetap ingin terpancar

dari sesiapa yang mengharapkan kisah

: kembali diceritakan

bersama hati yang menyatakan

ia tetap kuat meskipun

pergi menjadikannya seorang pelarian



tujuh


ia tidak menggenapkan langkah pada hal-hal

ganjil yang berpusar pada anggapan

tujuannya telah ditempuh bercucuran peluh

keluh kesah telah dibuang sekian jauh

inilah jalan yang harus ditempuh

inilah asa yang mesti direngkuh


dia mencoba tidak mengingat hal-hal

kelam itu lagi dalam hidupnya

seperti membuyarkan mimpi buruk

dan terjaga saat pagi mengetuk


langkah kakiku bukan untuk mengais duri

batinnya sambil terus melangkah

sesuatu yang pergi biarkanlah berlalu

seumpama merelakan sakit sembilu

pengobatnya, melupakan segera sendu itu


carilah ...

jika suatu hari nanti ingin menanyakan kabarnya

carilah ...

jika suatu hari nanti membutuhkan cerita darinya

tapi ingat,

dia telah lebih dulu pergi

dari segala ingatan luka yang melukakan hatinya

: bertubi-tubi.


Bandung, 21-24 juli 2020





De Eka Putrakha menulis lebih dari 100 judul buku antologi juga di beberapa media cetak dan online. Buku puisi tunggalnya antara lain; Hikayat Sendiri (2018) dan Perayaan Kata-Kata (2019). Terpilih sebagai Pemenang 10 Resensi Terbaik “Resensi Buku Peringkat ASEAN 2020” anjuran Persatuan Penyair Malaysia. Profil lengkap dapat dibaca dalam buku “Ensiklopedi Penulis Indonesia jilid 6” FAM Indonesia.

Hubungi De Eka di Facebook: De Eka Putrakha, instagram: @deekaputrakha


Baca Juga :


Sajak-Sajak Sholikin dan Senandung Kapuas


Cerpen Kepala-Kepala Terbang


Membeli Buku Sebuah Upaya Apresiasi


Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, dan opini literasi.


Silakan kirim tulisan via email literasikalbar@gmail.com


Ketentuan tulisan baca di Kirim Tulisan




Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post