Kamis, 25 Maret 2021

Sajak-Sajak Melda Maritza dan Ujung Perpisahan

author photo

literasikalbar.com - Sajak-sajak Melda Maritza dan ujung perpisahan sangat asik untuk dibaca saat bahagia dan gundah. Sajak yang berkutat dengan rasa kehilangan, kegalauan dan kenangan diracik Melda dengan susunan diksi yang sangat diperhitungkan sehingga pembaca melahap dengan ringan puisinya.


Puisi melda maritza pic pixabay


Sajak-Sajak Melda Maritza dan Ujung Perpisahan


“Takdir tak pernah salah dalam berperan, walau pada akhirnya harapan tak berujung kepastian”



Pergi yang Tak Diharapkan


Di dalam kalbu yang dikelumuni rindu,

aku menelusuri setiap kenangan bersamamu,

kudapati sebuah album yang sudah lusuh,

tentang jejakmu yang telah hilang dariku.


Hati kecilku seakan tersendu,

saat membuka lembaran cerita tentang hidupmu,

terbayang lukisan senyum di wajahmu,

yang membuat diri ini terus tuk merindu.


Aku tak tahu, sampai kapan diri terus bernostalgia,

memilih diam menahan lara,

menjadikannya sendu berujung pada renjana,

menyayat sembilu menggiring pada jurang nestapa.


Semua kini hanya tinggal kenangan,

seolah dunia ingin mengatakan;

bahwa setiap pertemuan, pasti ada perpisahan,

dan semua yang ada, akan pergi meninggalkan


***


Meninggalkanmu


Meninggalkanmu artinya adalah rindu

Berselindung dalam ruang yang tak siapa tahu

Merangkai syair-syair penuh haru biru

Harap sebuah pelukan hangatkan kalbu


Meninggalkanmu ciptakan kisah sendu

Bagai awan hitam berarak beriringan

Terbawa bayu menuju akhir penantian

Sempurnakan kelam dalam genggaman masa lalu


Meninggalkanmu sejatinya perlu

Kapal berlayar rindukan nakhoda

Lempar sauh akan tiba masanya

Itulah akhir dari tunggu, untuk selamanya


***


Ujung Perpisahan


Kita adalah sepasang masa lalu yang tak perlu disesali

Sang waktu takkan mungkin terulang kembali

Terjepit dalam ruang sepi yang menjadi pilu

Hingga kenangan bertumpuk menjadi debu


Terbelenggu pada suatu harapan yang tak bertujuan

Untuk apa? Membuat sebuah kebahagiaan jika tak ingin bertahan

Reruntuhan air mata diundang oleh segores luka

Bahkan hati pun tak bisa kembali seperti semula


Sirna sudah setelah kepergianmu menghapus semua rasa

Kini kau dan aku tak saling tegur sapa

Bak bulan dan bintang di angkasa

Egois untuk memiliki hingga akhirnya kehilangan yang mengakhiri


Takdir tak pernah salah dalam berperan

Walau pada akhirnya harapan tak berujung kepastian

Raga memaksa untuk meninggalkan

Hati berpisah untuk mencari kebahagiaan


***


Rasa yang Telah Hilang


Tersebar namamu dalam bait ku

Bait doa yang ku lurus kan padamu

Kata terucap terselip doa untukmu

Doa tak luput dari sajakmu

 

Kini ku pertaruhkan rasaku

Saat rasamu meluruh tak ada jejak ku

Berlari tanpa membawaku

Meninggalkan perih yang kian menyendu

 

Rasa ini terlalu menipu

Tak sedikit memberikan waktu

Untuk ku terus bersamamu

Hingga jejak mu

Meninggalkan masa lalu pilu


***


Akhir


Tidak perlu menangis

Ini bukan titik akhir

Tidak semuanya tentang air mata

Tidak harus tentang meninggalkan dan ditinggalkan

Polemik hidupmu sungguh mencengangkan

Akhirnya kau mati berdiri

Jantungmu pagi itu kembali berpamit

Katamu kau ingin menjemput keabadian

Keabadian yang seperti apa lagi

Resapi saja nikmat kesebentaran ini

Paling tidak ia hanya hilang untuk sementara

Simpan saja kesebentaran itu

Mungkin saja ia kelak akan bersalam di pintu hatimu

Hanya mungkin, anggap saja itu nyata




Melda Maritza Permana, Wanita kelahiran 2005 yang saat ini tinggal di Cileungsi, Bogor. Beberapa puisi serta cerpen karyanya sering diikuti perlombaan dan program pembukuan. Dan saat ini tengah fokus menulis buku inisial “2T” yang akan diterbitkan di gramedia. Rasa Syukur selalu terucap olehnya karena telah disadarkan oleh Allah SWT atas bakatnya di bidang kepenulisan di umur yang masih muda. Itu semua berkat kerja keras dan keberanian yang membuatnya bisa terus mengabdi pada sastra. Hubungi instagram: @meldamrtza_


Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi  & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com


Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan




Baca Juga


Puisi | Sesuatu yang Pergi Biarlah Berlalu


Resensi | Sejarah Kalimantan Barat dalam Novel M. Yanis


Cerpen | Tanda-Tanda Tanya


***

Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post