Minggu, 13 November 2022

Puisi Ahmad Sulton Ghozali dalam Lentera

author photo

Puisi Ahmad Sulton Ghozali dalam Lentera menyajikan penggambaran tersendiri bagi pembacanya. Silakan menikmati.


“Seperti halnya pertikaian yang enggan lebih padam apalagi berterus terang.”


Puisi Ahmad Sulton Ghozali dalam Lentera


Lentera


meskipun sudah terbiasa

aku tak pernah mengandaikannya

semudah perkiraanmu


melewati beberapa malam

dengan lentera yang masih menyala

dan memaklumi minyak tanah

yang terlalu mengering

di pagi harinya


tak mampu mengingatnya

seperti halnya pertikaian

yang enggan lebih padam

apalagi berterus terang.


2022


Baca Juga : Lomba Menulis Cerpen, Puisi, dan Artikel Tahun 2022


***


Memberi Jeda


jika kau ingin sekali, tak perlu sejauh ini

namun bagaimana lagi

adalah alasan yang berulang kali

di setiap tudingan yang menyesali


tetap saja belum mengerti, mengapa

jika kenyataannya akan berakhir

di tujuan yang sama

meski berulang lagi memulainya

memercayainya dengan cara 

dan langkah yang berbeda


bukankah sebaiknya memberi jeda

memberi ruang di kepala 

jika terlalu merasa lelah

setelah tersesat mengitari naluri?


2022


Baca Juga : Sajak Nandy Pratama Berjalan dalam Takdir


***

Dari Jendela


sekian kali melihatmu terpejam

perlu kuhitung terali jendela

supaya matahari enggan muram

membelai pipimu yang merah

bukan, bukan tanganku

kau lebih terlelap karenanya

bukan, bukan jemariku

kau lebih mendekat karenanya


sementara aku belum berani

menarikmu kembali

ke dunia yang kejam ini


padahal hari-hari akan berjalan

seperti seharusnya masuk kerja

pula libur panjang dan tanggal merah

beranjak dari ranjang

dan kautemukan sendiri

lebih banyak yang menyenangkan 


sekali lagi, 

lebih luas barangkali

supaya terlihat dari jendela ini

sebagai ganti malam yang pergi

percuma kata-kata selanjutnya

sudah menuju siang hari.


2022


Baca Juga: Sajak Yanuar Abdillah Setiadi dan Kepastian Tak Kunjung Tiba




Ahmad Sulton Ghozali Sering menulis untuk mengisi waktu luang dan hati yang berlubang. Beberapa hasilnya adalah kumpulan puisi Merancang Mesin Waktu (Berpuisi Publishing, 2022) dan Berdamai dengan Air Mata (Jejak Publisher, 2021). Turut menyunting Sajak-sajak Kopi (Teras Budaya Jakarta, 2022). Kabar terbaru di media sosial @anginraga dan situs web anginraga.medium.com.






Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post