Jumat, 28 Oktober 2022

Sajak Nandy Pratama Berjalan dalam Takdir

author photo


literasikalbar.com - Nandy Pratama menyajikan puisi yang bermajas sehingga menghidupkan puisi saat dibaca. Selain itu, penulis menyajikan beberapa kosakata yang tak biasa. 


Sajak Nandy Pratama Berjalan dalam Takdir



Sajak Nandy Pratama Berjalan dalam Takdir


"Aku sering membayangkan Tuhan di atas langit kamarku. Aku sering menyebut nama-Mu di dalam basahnya mataku"


Aku Kembali


Malam tenggelam dihempas ombak lautan

Terjerat pada mata yang berkeliaran

Rasa kini menjadi ilusi terombang-ambing bak sebuah peta yang menggila

Aku menangis digenggaman rembulan dengan ribuan tanda tanya ;

Tentang bagaimana bentuk surga itu?

dan dalam kata yang kurangkai ada lamunan yang menghiasi malamku !!!


Aku ingin menjadi sabda pertama-Mu

Dengan cinta yang tak terhingga

Dengan syair yang merindu-rindu

Tabir pun mulai terbuka, berharap puisi melahirkan makna

Bukankah semut, cacing dan belatung menciptakan luapan-luapan kecil yang bersinambung?

Memegang semua kendali

dan siapakah yang menciptakan itu?


Yang memanggil-manggil diri-Nya dalam doa

Capit kedua sayapku, memegang kaki yang tergeletak di bawah lantai

Dengan tumpah ruah cerita merebah; meminta setiap nyawa

Aku ingin memisahkan tubuhku dari bumi

Agar kelak dosa tak menatap sinusnya pintu surga


Kulihat hujan terkupas menjadi hening

dan malam menata kembali jalur lampu kota


Aku sering membayangkan Tuhan di atas langit kamarku

Aku sering menyebut nama-Mu di dalam basahnya mataku

Aku ingin terbang dari inang-inang yang menghalangi langkahku menuju rumah-Mu

Ternate, 17 Oktober 2020


Baca Juga : Penulis Kalbar Pay Jarot Sujarwo Sepok Bukan Kampungan


***


Tuhan dan Aku


Kuresapi suara adzan yang bergemuruh.

Menyimpan banyak nama yang melebur dalam pena

ada tanya yang bermuara di atas bantal, menyanyikan setiap detik ;

Aku laksana puisi diantara ribuan duri yang menancap menyembunyikan padam juga malu.

Tuhan pada senyuman-Mu lah setiap sujudku bergetar


Aku pernah tersentak pada kenyataan yang membuatku gugur

Pada luka yang cukup dalam ;

dan penyesalan yang merenggut nyawaku

Pada tangis yang membahasa

Membawa jutaan sesak yang tak kian sembuh !


Malamku terpejam saat kuingat nama-Mu

Memetik bulan di puncak

Mendaki kata, mengalir sunyi yang terisak

Mengetuk dentum, mengarungi hidup di lautan yang baru

Surabaya, 14 Maret 2019


Baca Juga : Lomba Menulis Cerpen, Puisi, dan Artikel Tahun 2022


***


Aku Berjalan dalam Takdir


Berjalan menulusuri ruang beku

Menerjang rasa takut

Dalam ilusi seram-kelam redup

Menanam kenangan yang telah kusut

Lirih, namun sungguh pedih disini

terus memaksa garis lengkung tergambar


Ia memahat, menuangkan cerita

Berlalu pergi lalu datang

Lekuk syair-Nya menghujani aksara

Seakan langit telah berjanji tak akan mengkudeta kalut !


Aku tak paham ketukan-ketukan takdir 

Petikan-petikan yang telah lama terkurung

dalam kamar seperti penjara

Yang menikmati lara tanpa busana

Ternate, 14 Agustus 2019


***


Hamba


Kuterka sujud yang paling baik

Menunggu rembulan dalam kisah yang bergemuru

Harum bunga mencari-cari

Memisahkan jarak yang tak berkesudahan

Aku berdoa di antara siang dan malam

Meminta ampunan dalam maghlihai nafas


Puisi-puisiku mungkin adalah debu yang terlampau tua

Di pelupuk kata yang begitu lama

Tiada kita yang berjaya

Tiada raja yang paling kekal selain Dia


Pada nganga luka yang terdalam

Kuputar reka adegan yang mengerang nyeri

Merekah kabut dengan seisi kepala

Dalam tatkala semesta yang menjadi kita 

Kubiarkan karunia bertahan lebih lama,

Menjadi langkah terakhir ;

Tanpa jeda aku pergi.

Surabaya, 12 November 2020


Baca Juga : Long Kiat Saudagar Melayu yang Cerdik

 

***


Serupa Paris


Di bawah menara Eiffel, langit telah berserakan kata-kata.

Aku mencari kehangatan yang biasa orang katakan

24 jam tanpa ditadang kaki ini melihat gemerlapnya kota Paris.

Ketika ucapan selamat datang menghadap lantang


Di kejauhan aku melihat rona gerimis menyimpan wajahMu

Tanpa kusadari kau menawarkan kesempatan kedua;

Puisi tentangMu adalah dekapan hangat yang memeluk sungai Sienne


Rinduku melayang melompati jarak

Meskipun menara ini tertutup kabut

Namun, megah rumahMu dapat kurasakan 

bersama angin aku mencintaiMu tanpa ada sesal

Yang membuat bulan turun ke tanah....

 Ternate, 12 Maret 2022


***


Pramugari


Ada seseorang membawa lilin 

Mengetuk pintu minta dibukakan

Sedang aku menimbun ujung kaki hingga kepala di balik selimut

Rupanya kau tersenyum tak marah, frasa-frasaMu tertawa malu-malu

Melipat jarak bekerja seistimewa itu


Sesal kian memagari

Meretas runyam yang terobati

Menuju cemani petang

Bergaun corak yang hadir


Mungkinkah aku meledak, seperti menangis

Menatap luka menjelma layar ponsel 

Untuk kesekian kalinya aku bertanya pada ibu

“ siapa yang merawatmu, siapa yang menjagamu ?”


Ingin rasanya aku melompat dari tempat tidur

Melihat hati ibu menjerit-jerit

Di antara buku yang bersembunyi : di lipatan-lipatan baju.

Aku hanya takut Tuhanku kalah dari tentara

Melepas vodka dan memberi ganja

Aku takut Tuhan akan memenjarakanku saat kuhisap selangkangan

Tuhan memang tak memiliki telinga

Tapi Tuhan ada dalam gelapnya jalanku

Ternate, 12 Juni 2020


Baca Juga : Sajak Yanuar Abdillah Setiadi dan Kepastian Tak Kunjung Tiba


***


Lekat Sampai Ujung


Kukutuk malam dengan beberapa kalimat

Menjulang tinggi dengan angka-angka yang mulai kusam.

Batin tertangkup pada memar yang sengaja menyembunyikan rapat-rapat

Aku dibuat lebam, agar genggamanmu lekat dan merapal sampai ujung


Sebelum langkah ini pulang

Dikeluarkannya kenang dan cinta ;

yang mengeringkan lidah

Membelai dengan malam


Lekas kutagih janji Tuhan

Disalah satu ada dan tiada

Menelisik duka dan air mata

Puja mengaum, menjelma di sudut kamar

Aku tak percaya, rintik yang seirama dengan kalimatku ;

Selaksa asa yang menawar getir...

Ternate, 14 Maret 2020




Nandy Pratama lahir pada tanggal 15 Februari 1997, beliau adalah seorang penyair dengan nama penanya Ternate di Ujung Pena. Giat menulis telah ditekuni sejak masih SMP baik itu yang berupa cerpen ataupun puisi. Beberapa prestasi yang pernah diraih diantaranya pernah menjadi juara 2 lomba cipta puisi, 50 penulis terbaik, 100 penulis termuda selain itu beliau juga telah menulis 2 buah buku puisi yang berjudul “Terjebak Puisi dan Ina”. Pada tahun 2019-2022 beliau juga berkesempatan menjadi juri lomba cipta dan baca puisi yang diadakan secara online. 

Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post