Sabtu, 29 Oktober 2022

Jadi Mahasiswa Kok Galau, Yuk Bisnis Deh

author photo

Jadi Mahasiswa Kok Galau, Yuk Bisnis Deh


Literasi Kalbar
"Buku ini jelas merupakan buku ‘how-to’ bagi pemula yang bisa langsung dipraktikkan, bukan sebuah diktat bisnis ala dosen ekonomi di kampus yang bikin kening berkerut dan berisi teori ‘kosong’ semata."


Mahasiswa tidak hanya memikirkan masa senang saja, tetapi ada saatnya susah dan galau. Nah, daripada galau mendingan bisnis yuk. Sebelum bisnis, isi dulu diri dengan persiapan mengenai bisnis. Baik bisnis kecil maupun bisnis besar. Nah berikut baca ulasan buku Diktat Bisnis Mahasiswa Galau.


Buku yang dibuka ‘Renungan’ (hal. 3-16), Vivi membuka mata kita tentang sistem pendidikan Indonesia yang terlalu menyeragamkan siswa di berbagai hal.


Baca Juga : Cerita Penulis Kampung Keluar Negeri dan Pengalaman Sepok


Ditambah dengan siswa yang hanya diajar untuk menghapal dan minim praktik. Akibatnya, setelah lulus, (maha) siswa gugup menghadapi realita dunia kerja yang berbeda jauh dengan kehidupan sekolah dan kampus.


Bab kedua berjudul ‘Glancing Indonesia, Sejarah dan Permainan Uang’ juga tak kalah kritis. Penulis menjabarkan fakta mengenai penjajahan di era digital, sejarah munculnya uang kertas sebagai pengganti emas dan perak, serta bunga kartu kredit yang mencekik. Juga sejarah lahirnya IMF dan Bank Dunia.


Penulis juga menyelipkan berbagai ‘Resep Anti Galau’ di setiap akhir bab. Resep Anti Galau berisi berbagai cerita dan kata-kata bijak. Ada-ada saja, ya. Tapi menarik untuk dibaca.


Bab VI berjudul ‘Cara Marketing Gratis ala Mahasiswa’ dan bab VII berjudul ‘Masak Kalah Sama Miyabi?’ merupakan bab favorit saya. Selain itu ada juga yang judulnya nampol banget, ‘Kenapa Orang Cina Kaya dan Saya Tidak?’ ngeri, sob.


Baca Juga : Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok


Oh ya, meski Vivi seorang penulis ‘lokal’, tapi buku ini diterbitkan oleh penerbit Denpasar, Bali, dan bukunya (waktu itu) beredar di semua jaringan toko buku nasional Gramedia, lho. Hebat, kan?


Bab VI berjudul ‘Cara Marketing Gratis ala Mahasiswa’ membahas 11 cara gratis mempromosikan bisnis ala mahasiswa tanpa perlu membayar influencer yang tarifnya sudah pasti mahal.


Beberapa cara yang dimaksud seperti menulis ucapan selamat hari raya, tentu dengan mencantumkan nama dan bisnis Anda, lalu mengirim karangan bunga ke lokasi bisnis Anda sendiri yang baru dibuka (padahal yang bayar ya kita sendiri), mengundang sahabat untuk seolah antre membeli, dan masih banyak lagi cara kocak lainnya yang tercantum di halaman 79-87


Bab VII berjudul ‘Masak Kalah Sama Miyabi?’ mengajarkan kita untuk memberdayakan aset yang menganggur sebagaimana seorang Miyabi yang tidak menyia-nyiakan ‘aset berharga’ miliknya demi mendapatkan uang. Waduh!


Di halaman 97, Vivi juga memberi tips berbisnis tanpa modal. Mulai dari menerapkan sistem pembayaran di muka, kerjasama dengan orang lain, sistem bagi hasil, konsinyasi hingga menjadi perantara yang menjual barang orang lain.


Baca Juga : Long Kiat Saudagar Melayu yang Cerdik


Di halaman 44, penulis menerangkan 9 lini bisnis abadi yang tidak akan pernah rugi, yakni: sandang, pangan, papan, kesehatan (terutama di musim pandemi saat ini), pendidikan, dan hiburan.


Selain itu, juga bisnis yang berhubungan dengan orang lahir, orang menikah, orang sakit, sampai orang mati. Komplit, ya? Bahkan bisa dibilang, di musim pandemi saat ini pun sembilan lini bisnis di atas tetap diburu orang.


Vivi juga menulis 4 bisnis favorit orang Cina yakni membuka kursus pendidikan, bisnis kuliner, event organizer khusus job fair, dan terakhir menjadi konsultan pemasaran kreatif. Orang Cina juga menerapkan prinsip harus dapat dipercaya namun tidak boleh mudah percaya dengan orang lain. Mereka juga senang berinvestasi di logam mulia dan properti (tanah, rumah, dan ruko).


Mereka suka berinvestasi di logam mulia (LM) atau emas batangan karena sangat menguntungkan dibanding emas perhiasan. Namun, mereka sangat suka menjual emas perhiasan karena sangat menguntungkan mereka.


Baca Juga : Revolusi Oktober 1946 di Kalimantan Barat


Ternyata, membeli dan berinvestasi di logam mulia tidak dikenakan pajak (hal.145) selain itu kadarnya tetap dan murni 24 karat serta tidak dikenakan biaya atau ongkos mengukir emas sebagaimana halnya emas perhiasan. Sedang selisih buyback saat membeli kembali hanya 4%.


Pada emas perhiasan, tidak murni 100% terbuat dari emas tapi ada campuran logam lain. Contoh, emas putih 18 karat terdiri dari campuran emas 75% dan platina 25%, emas kuning 22 karat mengandung 91,67% emas,   5% perak, 2% tembaga dan Zinc sebanyak 1,33% (hal.147)


Di bagian terakhir, halaman 143-164, Vivi menyelipkan bonus tentang investasi. Mulai dari emas, reksadana, saham, hingga futures. Yang terakhir ini sering kali bikin stres mereka yang tidak berpengalaman dalam investasi dan trading. Bahkan, sering kali mereka bangkrut gara-gara trading di futures. Ngeri deh pokoknya.


Bagaimana tidak, untuk bisa trading di perusahaan futures yang resmi, minimal harus setor uang Rp 50-Rp 100 juta. Produk futures terdiri dari indeks (biasanya yang di-trading-kan Indeks Hang Seng di Hong Kong dan Indeks Nikei di Jepang).


Baca Juga : Perjuangan Rakyat Sambas Menentang Penjajah


Selain indeks juga ada komoditi berjangka seperti emas dan minyak juga yang paling favorit Forex di beberapa perusahaan futures, uang muka awal untuk forex bisa Rp10 juta.


Yang bikin ngeri kalau Anda atau broker Anda salah ambil posisi. Percayalah, ini sering kali terjadi. Ketika kita mengambil posisi Buy (Beli) dan ternyata harga melorot, bisa dipastikan rugi besar, jika tidak segera cut-loss dan ganti posisi menjadi Sell (Jual).


Banyak kejadian nasabah yang ‘cuek’ dan percaya begitu saja dengan broker, harus menelan kenyataan pahit. Bahkan pernah ada nasabah yang kehilangan uang Rp 100 juta hanya dalam seminggu akibat brokernya trading asal-asalan.


Karena itulah, penulis sangat menyarankan, sebelum nekat terjun ke futures, cobalah belajar trading di saham terlebih dahulu dengan nominal yang jauh lebih kecil. Meskipun resikonya sama saja, karena keduanya masuk kategori high risk high return.


Baca Juga : Sajak Tasawuf Penyejuk Iman


Bagi yang uangnya pas-pasan, sangat disarankan encoba investasi dengan kategori low risk low return seperti deposito, reksadana, Obligasi Republik Indonesia (ORI) Sukuk atau obligasi syariah, hingga asuransi dan unit link.


Dan jangan coba-coba trading menggunakan ‘uang panas’ yang Anda perlukan untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi sampai hutang di bank. Gunakan uang lebih dengan risiko yang sanggup Anda tanggung jika terjadi kerugian.


Memang, sebelum nekat terjun bebas di investasi apa pun tanpa punya pengalaman sebelumnya, lebih baik berinvestasi leher ke atas dengan mengikuti berbagai kursus dan pelatihan yang berkaitan dengan hal tersebut, termasuk membeli buku-buku tentang investasi dan trading di saham maupun futures.


Buku yang sangat unik dan menarik ini bisa dikatakan buku bisnis ‘jalanan’ yang pertama kali ditulis oleh seorang penulis Kalbar. Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis.


Baca Juga : Tragedi Mandor Berdarah


Memang, saat itu Vivi tengah getol berguru ilmu bisnis dan marketing lapangan dengan para mentor dari seluruh Indonesia. Tak heran jika materi yang disampaikan sangat terkesan ‘lapangan’ bukan teoritis ala diktat kuliah di kampus.


Buku ini jelas merupakan buku ‘how-to’ bagi pemula yang bisa langsung dipraktikkan, bukan sebuah diktat bisnis ala dosen ekonomi di kampus yang bikin kening berkerut dan berisi teori ‘kosong’ semata.


Identitas Buku

Judul Buku : Diktat Bisnis Mahasiswa Galau

Penulis : Vivi Al Hinduan

Penyunting : tim kreatif STMJ

Penerbit           : Graha Duta, Bali

Cetakan          : Pertama, Desember 2012

Tebal Buku : 164 halaman

Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post