Selasa, 01 November 2022

Perjuangan Melawan Stigma Negatif Terhadap Para Pemuda Ba-Alawi Lewat Buku

author photo

Perjuangan Melawan Stigma Negatif Terhadap Para Pemuda Ba-Alawi Lewat Buku

Perjuangan Melawan Stigma Negatif Terhadap Para Pemuda Ba-Alawi Lewat Buku

The Other Side of  Ba-Alwi bisa dibilang merupakan sekumpulan reportase penulis dengan sembilan narasumber yang semuanya terdiri atas kaum milenial dari keturunan Arab Ba Alwi di berbagai kota di Indonesia dan terdiri dari beragam profesi.


Mulai dari seorang Muhammad Isa Alkaff, pria asal Jember yang merupakan lulusan Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia (dan sekarang melanjutkan S2 di Rusia), hingga Yasmin Shahab asal Palembang yang merupakan alumni Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung.


Seolah penulis ingin membuktikan pada masyarakat umum bahwa pemuda Ba-Alawi tidak hanya jago di bidang agama saja. Tidak hanya menjadi ustad/ustazah, bahkan ada yang menganggap pemuda ba-alawy hanya bisa jualan minyak wangi di Condet, dan kampung-kampung Arab lain di Indonesia.


Baca Juga : Jadi Mahasiswa Kok Galau, Yuk Bisnis Deh


Meskipun hal itu baik adanya, tetapi penulis seperti kurang puas dengan stigma tersebut. Dia ingin membuktikan bahwa para pemuda Ba Alawi Indonesia juga berpendidikan tinggi dan punya profesi yang lebih dari hanya sekadar pedagang kecil belaka.


Saya justru tertarik dengan proses reportase jarak jauh yang Vivi lakukan. Di bagian kata pengantar, penulis menyebut bahwa dia mulai melakukan wawancara jarak jauh dengan sembilan narasumbernya lewat Facebook. Bahkan dia menulis kalimat berikut, “proses penulisan buku keenam ini tergolong lama, (lebih dari lima tahun). Yang mana, kala itu, hampir setiap hari saya harus bolak-balik ke warnet dekat rumah rumah untuk mendapatkan data terbaru mereka.”


Bisa dibayangkan, saat itu belum ada WhatsApp dan tentu saja kalau ke warnet berarti penulis harus membawa flashdisc dari rumah untuk kemudian memindahkan data ke komputer rumah. Betapa merepotkan. Wajar saja jika memakan waktu selama itu.


Baca Juga : Sajak Nandy Pratama Berjalan dalam Takdir


Sebagian besar narasumbernya menetap di Jawa. Hanya dua orang yang tinggal di Kalimantan. Wanja atau Khadijah Almunawar dari Samarinda, Kalimantan Timur dan berprofesi sebagai penulis, serta Fitri Alhinduan yang merupakan seorang guru di Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.


Dibuka dengan profil pria kelahiran Jember, 2 April 1986, Muhammad Isa Alkaff yang merupakan lulusan S1 Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Depok. SMA pula ia sudah tekun belajar Bahasa Inggris dan Perancis. Ia mengambil Jurusan IPS sewaktu SMA karena mengaku tidak suka Matematika.


Sewaktu kuliah di UI, ia pernah menjabat sebagai Vice President Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS). Sebuah pengalaman berharga yang membuatnya berteman dengan banyak mahasiswa dari negara-negara Eropa dan Asia yang mengikuti program Indonesian International Week yang diadakan oleh ISAFIS setiap tahunnya.


Baca Juga : Cerita Penulis Kampung Keluar Negeri dan Pengalaman Sepok


Selain mahir berbahasa Inggris dan Perancis, pemilik TOEFL Score 600 dan IELTS Score 7,5 ini juga mahir berbahasa Arab. Sewaktu kuliah, ia aktif di Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP UI dan English Debating Society UI. Isa menulis skripsi berjudul Foreign Policy of Venezuela in the Establishment of Banco del Sur (Bank of South) tahun 2009.


Isa yang mahir menulis esai, artikel, dan paper ilmiah ini pernah meraih juara kedua dalam Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Nasional 2005 lalu yang diadakan oleh Penerbit LP3ES.


Judul tulisannya Toward’s Indonesia Welfare Real Action of  Poverty Eradication, dan mendapat juara ketiga dalam Student With Achievement 2008 yang diadakan oleh FISIP UI. 


Selain itu, ia juga meraih juara kedua Jakarta Regional Paper Competition yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, 2007 silam, dengan tulisan berjudul People’s Economic Development through Real Sector Empowerment.


Baca Juga : Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok


Pada 2007 pula ia pernah meraih sepuluh besar (urutan ke-8) finalis Kompetisi Penulisan Ilmiah Nasional yang diselenggarakan Institut Pertanian Bogor dengan judul tulisan Developing Indonesian Economic Independence from Agricultural Improvement.


Pada Agustus 2007-Agustus 2008 Isa pernah menjadi asisten dosen di almamaternya sendiri. Ia mengajar mata kuliah Politik Internasional (2007) dan Politik Ekonomi Internasional (2008). 


Pada Februari hingga April 2008, ia menjadi peneliti pada Divisi Politik dan Ekonomi di Institute for Strategic and National Interest Development (INSIDe), bertugas memonitori dan menganalisis media.


Yang menarik, ada dua narasumber yang berprofesi ‘berbeda’ dari yang lain dan langsung menarik perhatian saya. Yang pertama Naguib Helmy Mulachela yang berasal dari Bandung. Kedua, Faik Fauzi Maulakhela dari Yogya. Kebetulan satu marga/fam, tetapi tidak memiliki hubungan keluarga.


Baca Juga : Meningkatkan dan Mengembangkan Budaya Literasi di Era Globalisasi dengan Bijak Pemanfaatan Teknologi


Naguib Helmy Mulachela yang akrab disapa Jemmi ini seorang musisi modern (bukan gambus), yang bahkan punya studio musik sendiri di rumahnya. Di halaman 15-23 profil Jemi tersaji lengkap.


Pemilik nama panggung James Argo the Greenrocker ini merupakan seorang vokalis band dan bisa memainkan hampir semua jenis alat musik, terutama keyboard, gitar, dan bass (hal.15).


Selain itu, Jemmi juga merupakan seorang penulis lagu, performer, composing, sequencing, audio engineer, operator  rekaman, produser, dan masih banyak lagi keahlian Jemmi yang berkenaan dengan musik. Wow banget, ya?


Jenis musik yang (bisa) ia bawakan antara lain blues, rock n roll, ballads, sedikit heavy metal, serta classic rock. Jemmie mengaku sangat terpengaruh dengan Eric Clapton, The Roling Stones, Aerosmith,  Guns n Roses, CCR, Bon Jovi, Bruce Springsteen, Queen, The Doors, Metallica, dan Manowar (hal.17)


Apoteker yang Jago Ngeblog


Faik Fauzi Maulakhela merupakan seorang apoteker lulusan S2 Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Penyuka warna merah, bersepeda, dan blogging ini lahir di Banjarnegara pada 13 Juli 1987. Yang menarik adalah aktivitasnya sebagai seorang blogger di Yogya.


Baca Juga : Cerpen Cinta di Ujung Senja


Pemilik alamat blog http://faik-mulachella.blogspot.com tertarik nge-blog sejak jaman Friendster. Di mana  awalnya cuma ingin belajar menuangkan pikiran, dan akhirnya menjadi hobi kemudian beralih ke blogspot di tahun 2007. Dalam perkembangannya,  Faik membuat beberapa blog, dan dari beberapa blog tersebut dia monetizing (di-uang-kan), dengan mencari advertiser atau pemasang iklan dengan perantara Google Adsense atau Idblognetwork.com, dari sana dia mendapat penghasilan yang cukup besar.


Blog menjadi semakin populer di Indonesia, juga tak lepas dari banyak orang yang kemudian menjadi terkenal hanya karena hobi menulis blog. Ambil contoh Raditya Dika, Alit Susanto (shitlicious), atau Muhammad Arief (Poconggg)


Kini blog tak lagi menjadi tempat curahan hati individu, tapi juga bisa menjadi tempat untuk membuka peluang bisnis di dunia nyata. Beberapa blogger bahkan telah menjadikan blognya sebagai sumber pemasukan utama melalui program periklanan (misalnya adsense, posting berbayar, bisnis afiliasi).


Sehingga kemudian muncullah istilah blogger profesional, atau problogger, yaitu orang yang menggantungkan hidupnya hanya dari aktivitas ngeblog  karena mendapatkan penghasilan dari aktivitas ngeblognya.


Baca Juga : Puisi Perjuangan Meraih Mimpi Karya Riandini


Dengan banyaknya blogger di Indonesia ini secara tidak langsung memicu berdirinya komunitas blogger di dunia nyata, komunitas ini tumbuh bak jamur di musim hujan. Hampir di setiap kota kini mempunyai komunitasnya sendiri, seperti di Yogya. 


Setelah membaca buku ini, pembaca akan mengetahui kendala pemuda ba alawy dalam hidup. Baik kendala dari diri, keluarga, dan orang sekitarnya. Terbukti dari biografi beberapa pemuda ba alawy tidak hanya berprofesi sebagai pedadang kecil. Namun, sudah berprofesi dengan beragam sesuai pasion masing-masing.


Buku biografi tokoh muda seperti ini perlu dibaca bagi pemuda-pemuda. Sudah seharusnya mengambil hikmah dalam cerita. Sudah seharusnya berani membuka diri dengan hal baru yang baik. 


Identitas Buku

Judul Buku : The Other Side of Ba Alawi 

Penulis : Vivi Al Hinduan

Penyunting : Vivi Al Hinduan

Penerbit         : Derwati Press

Cetakan        : Pertama, November 2017

Tebal Buku : 105 halaman


Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post