Senin, 24 Oktober 2022

Penulis Kalbar Pay Jarot Sujarwo Sepok Bukan Kampungan

author photo

Bukan Kampungan, Tapi Sepok Jak

literasi kalbar

literasikalbar.com - Buku Sepok; Cerite Orang Kampong yang Kampongan di Kampong Orang, merupakan buku pertama dari seri Sepok karya penulis Kalbar Pay Jarot Sujarwo. Total ada tiga buku dalam seri Sepok ini. Sepok Duak tentang perjalanan penulis ke Belanda dan Sepok Tige ke Spanyol-Andalusia.


Buku ini menceritakan pengalaman pertama penulis ke luar negeri, tepatnya negara Bulgaria di Eropa Timur  (Kawasan Balkan). Pengalaman penulis selama 90 hari di Bulgaria disajikan apa adanya dengan gaya sepok khas Pay Jarot, budak Kampong Arang, yang baru pertama kali ke luar negeri.


Jika umumnya orang Kalbar, termasuk saya, pertama kali ke luar negeri tentulah yang dituju adalah yang paling dekat dan murah terlebih dahulu, yakniKuching, ibukota Sarawak, Malaysia. Dari Pontianak ke Kuching dapat ditempuh leat jalan darat di perbatasan Entikong, Sanggau, hanya dalam waktu sekitar enam jam.


Baca Juga : Dialog Milenial Inspiratif Semarakkan Hari Sumpah Pemuda

 

Namun, Pay Jarot memang beda dari orang Pontianak pada umumnya.lahir di Kampung Arang, sejakkecil sudah berani merantau ke Pontianak. Tinggal di tempat keluarga dari pihak ayah dan ibunya guna bersekolah di SMP dan SMA Negeri di ibukota Borneo Barat itu.


Tamat SMA, Pay merantau ke Yogyakarta. Meski tidak selesai kuliah, dia sempat pula merantau dan bekerja di Jakarta, sebelum akhirnya memutuskan pulang kampung ke Pontianak pada 2005, dan mulai menulis.


Buku ini ditulis dengan bahasa campuran Indonesia dan Melayu. Dibuka dengan judul bab Kronoologis (hal.1-39) yang berbahasa Indonesia, bab-bab selanjutnya ditulis dengan bahasa Melayu hingga selesai. Tak jelas apa alasan Pay mencampuradukkan kedua bahasa.


Karena baru pertama kali ke luar negeri dan langsung ke Benua Eropa, tepatnya Bulgaria, negara pecahan Uni Sovyet yang kini masuk kawasan negara-negara Balkan itu, tentu sangat menarik sekali untuk kita baca kisahnya.


Baca Juga : Lomba Menulis Cerpen, Puisi, dan Artikel Tahun 2020

 

Apalagi saat itu musim dingin di Bulgaria dengan suhu minus dua derajat celcius. Suhu bahkan bisa turun sangat ekstrim yang mencapai -20 derajat celcius. Wow! 


Dan angin kencang serta hawa sejuk itu langsung menerpa Pay begitu dia turun dari pesawat kecil Olympic Airlines yang membawanya ke Sofia, ibukota Bulgaria. 


Perjalanan dari Jakarta menuju Doha memakan waktu sembilan jam penerbangan, dengan perbedaan waktu empat jam antara Waktu Indonesia Barat dengan waktu Qatar.

Rute yang ditempuh Jakarta ke Doha (ibukota Qatar) naik pesawat Qatar Airways. Doha ke Athena, Yunani (masih menggunakan maskapai yang sama) lalu Athena ke Sofia (ibukota Bulgaria) menggunakan pesawat yang lebih kecil, Olympic Airline.


Di bandara Athena tidak terlalu lama, langsung berganti pesawat untuk melanjutkan ke Sofia dengan waktu tempuh hanya satu jam 50 menit.


Sampai di apartemen temannya yang tepat berada di ibukota Bulgaria, Sofia, ternyata Pay masih kagok dalam urusan makanan. Terlahir sebagai seorang NASIonalis sejati alias tak bisa makan tanpa nasi sebagai menu utama, Pay tetap memakan nasi meski di negeri orang. Ini dia ceritakan dalam bab berjudul Bulgarian Cheese Versus Endonesian Rice (hal.68-74).


Baca Juga : Pantun Hari Ibu Lucu dan Menyentuh Hati

 

Ternyata, penulis mengatakan kalau keju asli di barat sana dengan keju yang dijual di Indonesia rasanya sangat jauh berbeda. Rasa keju (juga pizza) di Indonesia sudah disesuaikan dengan lidah orang kita. Sementara, keju asli mereka menurut penulis rasa dan baunya sangat tidak enak. 


Pay  sangat eksaiting ketika pertama kali melihat salju di luar apartemen temannya. Dengan sepok-nya dia langsung membuka pintu kamar dan berhamburan ke salju yang menumpuk di halaman. Dia pun menyentuh dan ‘bermain’ salju sepuasnya sampai menggigil kedinginan (hal.85)


Akhirnya, Pay diajak temannya melihat salju raksasa di Gunung Vitosha, yang tepat berada di balik Gedung Endeka atau National Palace of Culture (Gedung Kesenian Sofia). Mereka menempuh perjalanan menggunakan bis sekitar 45 menit.


Mereka naik kereta gantung yang disebut simeonovo lift atau gondola.  Dia melihat penduduk lokal ramai bermain ski di sana. Dia dan kawannya juga bermain lempar-lemparan salju.


Kisah ini bisa dibaca di bab berjudul Marvelous Vitosha (Part 1 dan 2) mulai dari halaman 93-98 untuk Part 1 dan dilanjutkan halaman 99-105 untuk Part 2.


Karena banyak berteman dengan bule dari berbagai negara, Pay paham bahwa orang Barat kalau makan malam bisa sampai lima jam. Dari habis maghrib mereka mulai makan, selesai bisa tengah malam. Luar biasa!


Baca Juga : Gerbang Menuju Hijrah Penulis Kalbar Pay Jarot Sujarwo


Ternyata, mereka memanfaatkan jam makan malam untuk berkumpul dan ngobrol santai antar teman dan keluarga. Selain itu, menu makanan mereka juga beragam, mulai dari hidangan pembuka yang disebut starting atau appetizer,hidangan utama (main menu) hingga hidangan penutup atau pencuci mulut (dessert).


Pada bab berjudul Long Long Long Dinner (hal.106-111) yang bersambung ke Part 2 (hal.112-115) Pay Jarot mengisahkan tentang tradisi makan malam orang barat yang memakan waktu lima sampai enam jam.

Untuk appetizer, mereka biasa memakan salad, yang disebut Pay ‘makan daun’ karena memang salad ini terdiri dari daun mentah, tomat mentah, udang mentah, wortel mentah, bayam mentah, sawi mentah. Pokoknya serba mentah.


Lalu setelah itu masuk ke menu utama yang biasanya terdiri dari ikan salmon, kentang, roti, daging. Terakhir, ditutup dengan hidangan pencuci mulut atau dessert yang manis seperti coklat, es krim, puding, dan keju. Untuk minuman, biasa dihidangkan wine.


Di Bulgaria, sawi mentah tadi dicampur keju, garam dan pinegar. Pinegar ini semacam cairan fermentasi untuk mencampur sawi dan keju. Untuk main menu dihidangkan kentang dan ikan bakar. Tentu saja tanpa nasi.

Pada bab ini diceritakan pengalaman seru penulis selama di sana. Gara-gara dia berkulit tan akibat sering terpapar matahari sejak kecil, penduduk asli di sana serta turis dari negara Eropa lain justru berebut ingin berfoto dengannya.


Pay tentu saja jadi Ge-eR bukan kepalang. Dia jadi ingat, alasan pacar-pacar bulenya jatuh cita dengannya karena kulit gelapnya yang bagi mereka pertanda sehat dan seksi. Tak jarang, pacar-pacar Pay Jarot terdahulu selalu bule.


Baca Juga : Bedah Buku Kesultanan Matan hingga Diskusi Sejarah Ketapang dan Kayong Utara


Bahkan, salah seorang cewek bule usai berfoto dengannya, memberinya ‘hadiah’ berupa ciuman di pipi kiri dan kanan (hal.120-121). Pay pun merasa dirinya seperti seorang selebritis terkenal.


Di halaman 121, dia menulis, usai dicium si bule: alamak. Serase artis. Serase tadak maok kucuci muke aku ni. Balek dari situ, sepanjang jalan aku senyum-senyum sorang. Dah macam orang gile dah aku waktu itu. orang gile sepok yang abes kena poto bule sepok, tak pernah mandang orang kulet gelap.

Kocak!


Identitas Buku

Judul Buku : Sepok 

Penulis : Pay Jarot Sujarwo

Penyunting : Pay Jarot Sujarwo

Tata Letak : Sigid Nugroho

Ilustrasi Sampul : Anang Sayur Asem

Penerbit          : PijarPublishing

Cetakan         : ketiga, Juni 2012

Tebal Buku : 153 halaman



Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post