Jumat, 24 Maret 2023

Puisi Dise Dalusari dan Siulan Isyarat Rimba

author photo


Puisi Dise Dalusari dan Siulan Isyarat Rimba

literasikalbar.com - Puisi Dise Dalusari bermain dengan kata yang tak biasa. Pembaca disuguhkan gambaran lingkungan alam dan sosial yang tak biasa. Nikmati kata dan makna dalam puisi persembahan Dise.


Pelukku Atas Penatmu


Mengejar Mentari, menuju ekspektasi fana.

Merayu Jakarta, untuk ambisi mimpi-mimpi.

Membujuk harapan, dalam bayang-bayang pesan.

Haramu mengalir deras, dalam setiap untaian doa.


Terjebak dalam angka, menyusuri sudut kota.

Nyanyian sendu, wajahnya berpeluh, dan berserah.

Jarinya lihai bermain alat petik, di sebelah Jendela.

Mereka kehilangan masa depan, demi bertahan.


Layar raksasa, mengawasi setiap gerak semesta. 

Barisan panjang, Mesin berjalan, dan kegelisahan.

Mengejar waktu, berpacu pada tuntutan kehidupan.

Setiap detik, mengenggam keriuhan dari isi Kepala.


Pohon rindang tua, menjalar diantara Bangku Taman.

Tempat ini menyapa, dan bercerita tentang renjana.

Lara di tubuhmu akan menyurut, karena keindahanya.

Rasakan pelukku, atas penatmu kota ini akan bekerja sama.


Jambi, 17 Januari 2023


***


Bunga Mekar di Polandia


Jemu pahitku, manis senyummu bersama bentala.

Aku melewati beberapa Jendela, sepanjang perantauan.

Coretan di atas kertas yang kaku, dan malu-malu.

Bunga yang mekar, merah merona bersama wajahku.


Denyut nadi, dan detak Jantung yang tak karuan.

Melewati masa, juwitaku ayu nan lugu dari dulu.

Kita berjauhan diterpa ujian, dan rintangan.

Berbalut dibalik lara, nestapa, dan kerinduan.


Aku di persimpangan, bersama ketidakwarasan.

Tenggelam dalam lautan, berkelana seperti petualang.

Wajahmu dalam pikiranku, menolak kemungkinan.

Aku buta, dan tuli, pada selain kamu.


Aku keliru, pada dinginnya gelombang amarahmu.

Ribuan hening, melebur bersama masa lampau nostalgia.

Aku ingin kembali, hidup bersama jiwamu hingga binasa.


Jambi, 13 Februari 2023


Baca Juga : Sajak Wendy Lim dalam Catatan Cinta di Langit


***


Senandika


Buku yang berdebu, di atas Meja di depan Jendela.

Rumah di ujung usia, beserta lembaran keinginan.

Intuisinya bercerita, akan keindahan yang tidak masuk akal.

Pada kenyataannya, dia ditinggalkan cinta sejatinya.


Khayalan, yang tidak pernah ada.

Darah dagingnya, menuju Surga sebelum ke Dunia.

Wanita penghibur, merebut belahan jiwanya.

Tulang rusuknya, patah berkeping-keping.


Dongeng yang dia tulis!

Kebahagiaan rumah yang dia puja!

Menari bersama pujaan, dan menghabiskan malam.

Seorang anak berlari, memanggilnya dengan sebutan Mama!


Saat dia kembali pada dirinya !

Dia menyadari, bahwa itu hanya ilusi luka.

Dia menangis, menyakiti dirinya dalam kegelapan.

Sampai tutup usia, tidak ada yang menyembuhkannya.


Jambi, 19 Januari 2023


***


Siulan Isyarat Rimba


Sang Tulang Punggung, menyurusi jenggala berduri.

Fajar setengah riang, Angin terlihat tak ramah.

Tanah, menguburi setiap langkahnya.

Menyisakan tanda, Alam di tubuhnya.


Hawa gemuruh, Langit memerah, dan memberontak. 

Jagat murka, mengeluarkan amarah yang keras.

Petani itu menyabit, satu per satu rezekinya.

Setiap keringat, dan peluh terukir di durjanya.


Pohon itu tumbang, di atas raganya.

Siulan keras kesunyian, dan tangisan rimba.

Kesepian, dingin, berkabut, dan sakit.

Lafadz terakhir, dengan menyebut syahadat.


Si buah hati menanti, duduk bersila di Tikar sulaman.

Bapak pulang tanpa bayangan, sampai esok tengah hari.

Penduduk Desa menyusuri perkebunan, dan semak belukar.

Semua berduka, membawa pulang insan yang ditemukan.


Jambi, 24 Februari 2023


Baca Juga : Puisi Dise Dalusari dan Siulan Isyarat Rimba


***


Hujan Tengah Hari


Langit, menyampaikan pesan-pesan isyaratnya.

Jawaban dari doa-doa hamba? Atau duka lara?

Dahagaku tak kemarau, dari untaian kasihmu. 

Namun, bala menimpa saudara-saudariku.


Kedukaan dari murkamu? Atau ujianmu?

Bentala berguncang! Lalu Tanah terbelah!

Perbukitan! Mendatarkan daratan seisinya!

Lafadz, dan tawakal memeluk bergandengan.


Rintik gerimis, dan Awan Putih pekat.

Hujan deras, dengan rintihan Air putus asa.

Suara di ujung Tenggorokan, dan Kaki yang pilu.

Berjalan di runtuhan, mencari harapan ilahi.


Bencana Alam, bersama mereka yang sabar.

Taburan Bunga, untuk yang berpulang.

Setangkai Bunga, untuk yang bernyawa.

Tuhan lebih tau, sebab akibat untuk ridhonya.


Jambi, 18 Maret 2023


Dise Dalusari, Penulis yang berasal dari Kabupaten Bungo, Jambi. Alumni Mahasiswi Ilmu Hadis, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Ia mendirikan komunitas Penulis dan Seniman Titan Arum di Kabupaten Bungo, Jambi. Ia juga mengikuti beberapa Lomba Cipta Puisi tingkat Nasional maupun Internasional, aktif menulis di Media Online maupun Media Cetak. Jejak bisa ditemukan di akun Instagram @disedalu.


Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post