Rabu, 10 Januari 2018

Upaya Meningkatkan Literasi Kalbar dengan “Paket Lengkap”

author photo

Tulisan Marlina

"Mereka membaca berita-berita hoax atau berita-berita palsu di internet lebih menarik daripada membaca buku. Inilah masalah serius yang perlu diperhatikan oleh masyarakat."

Budaya literasi akhir-akhir ini digalakkan penerapannya di Kalbar dalam upaya untuk menumbuhkan minat baca bagi warga sekolah. Hal ini dilakukan dalam untuk menciptakan ekosistem literasi di sekolah untuk menigkatkan minat seluruh warga sekolah, harapannya pembudayaan ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sedang berada di lingkungan sekolah.
 
Upaya Meningkatkan Literasi Kalbar dengan “Paket Lengkap”
pixabay.com
Tetapi nampaknya usaha yang dilakukan tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan. Budaya membaca yang pernah diterapkan di beberapa sekolah tidak memberikan hasil yang memuaskan. Karena pada kenyataannya, budaya membaca tersebut dilakukan siswa atas dasar memenuhi kewajiban saja.

Di luar dari lungkungan sekolah, hanya sebagian kecil dari siswa tersebut untuk membaca seperti yang dilakukannya di sekolah. Hal ini sangat disayangkan oleh kita semua, karena seperti kata pepatah “buku adalah jendela ilmu”, dengan membaca buku banyak informasi-informasi dan ilmu pengetahuan yang bisa didapatkan.

Siswa merupakan generasi muda yang menjadi harapan bangsa dan negara untuk dapat membentuk negara agar menjadi negara yang hebat, seperti apa yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Siswa dan pemuda harus siap memikul tanggung jawab dan berkewajiban  untuk membentuk negara yang lebih baik.

Bukannya tidak ada yang menerapkan budaya literasi tersebut di kehidupan sehari-hari atau di luar lingkungan sekolah, tetapi hanya sebagian kecil dari mereka yang melakukannya. Hal ini tentu saja sangat bertolak belakang dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah. Mengapa demikian?

Menurut saya, hal tersebut terjadi karena terutama, kurangnya kesadaran dari dalam diri sendiri untuk meningkatkan budaya membaca, disusul oleh kurangya kecintaan diri terhadap membaca, menganggap membaca itu tidak penting, merasa malas untuk  membaca, kurangnya sumber sarana literasi, dan kuatnya magnet dari dampak negatif gawai.

Kesenangan membaca timbul dari pribadi masing-masing, yang bisa saja karena dorongan dari luar, misalnya yang terutama adalah dari ligkungan keluarga. Keluarga merupakan komponen utama dalam membentuk sikap dan perilaku diri seseorang.

Tetapi kebanyakan, aktivitas membaca di lingkungan rumah masih tergolong rendah. Orang tua hanya mengajarkan membaca dan menulis biasa, dalam artian ”hanya mengajar” belum masuk ke tahap terbiasa membaca yang akan menjadi budaya membaca.

Padahal, mengajarkan anak untuk melakukan budaya literasi ini sangat efektif dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga. Budaya literasi harus dibiasakan sejak kecil, karena jika seseorang sudah terbiasa untuk melakukan suatu hal, maka hal tersebut akan menjadi suatu budaya yang memiliki kemungkinan besar untuk dilakkan terus-menerus.

Setelah terbiasa dengan membaca, maka seseorang akan jatuh cinta kepada membaca. Seseorang yang tidak terbiasa untuk membaca, maka akan timbul rasa malas untuk membasa, karena mereka menganggap bosan dengan membaca.

Minimnya budaya literasi juga disebabkan oleh faktor kurangnya sumber sarana literasi. Salah satu sarana literasi adalah perpustakaan. Kondisi perpustakan di sekolah-sekolah masih banyak yang belum maksimal penggunaannya.

Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya minat siswa atau mungkin kurangnya ketersediaan buku-buku yang memadai. Ketersediaan buku yang lama menyebabkan siswa bosan dan membuat siswa malas untuk berkunjung.
Untuk meningkatkan budaya lliterasi di sekolah, pemaksimalan perpustakaan juga harus dilakukan agar siswa merasa bersemangat untuk berkunjung ke perpustakaan.

Kecanggihan teknologi yang semakin pesat turut menyumbang sebagai salah satu faktor yang ikut mengikis budaya literasi di Kalbar. Tidak dapat dipungkiri bahwa gawai sangat mempengaruhi anak bangsa, termasuk mempemgaruhi dalam hal literasi.

Keterlibatan gawai dalam mempengaruhi budaya literasi di Indonesia tampak pada sikap orang-orang yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawainya dari pada membaca.

Mereka merasa bahwa bermain gawai jauh lebih menyenangkan daripada membaca buku, membaca status-status “kids jaman now” lebih menyenangkan daripada membaca buku. Mereka membaca berita-berita gosip di internet lebih menarik daripada membaca buku. Mereka membaca berita-berita hoax atau berita-berita palsu di internet lebih menarik daripada membaca buku.

Inilah masalah serius yang perlu diperhatikan oleh masyarakat. Masyarakat harus lebih waspada terhadap dampak negatif dari perkembangan teknologi yang sangat canggih yang dapat mengalihkan perhatian anak-anak muda dari budaya membaca.

Dengan gawai saja, orang dapat berjam-jam bermain dan memandanginya, coba bandingkan dengan membaca buku, mungkin hanya sedikit yang mau membaca dengan ikhlas selama itu.
Padahal gawai yang canggih tersebut dapat dijadikan alat untuk memperoleh wawasan dan bahan literasi yang dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita. Makanya, hidup di zaman modern seperti sekarang ini harus bijak dalam menanggapi segala sesuatu agar hal-hal negatif tersebut tidak terjadi.

Untuk meningkatkan budaya literasi, tidak akan maksimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah, tidak hanya adanya sebuah “hobi”, tidak hanya adanya sebuah saranya literasi yang memadai.
Jika hanya pemerintah yang menggencarkan budaya literasi, hal ini tidak akan berhasil, jika hanya ada sebuah “hobi” hal ini tidak akan berhasil, jika hanya ketersediaan sumber sarana literasi yang memadai, hal ini tidak akan berhasil.

Tetapi, jika gencarnya usaha pemerintah untuk meningkatkan budaya literasi, diiringi adanya kemauan dari diri pribadi seseorang dan didukung oleh ketersediaan sumber sarana literasi yang memadai sehingga menjadi “satu kesatuan paket yang lengkap”, saya yakin bahwa budaya literasi akan meningkat di Kalimanta Barat.

Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post