Selasa, 03 November 2020

Sajak-Sajak Daffa Randai dan Menghardik Pelukmu

author photo

Sajak-Sajak Daffa Randai bermain pada rasa, yaitu rindu, sayang, dan cinta. Daffa mengisi puisinya dengan emosi rasa yang kuat dan membekas bagi pembaca.


"di belantara tubuhku, namamu
tercatat sebagai muasal rindu."

Sajak-sajak daffa Randai dan menghardik pelukmu pic pixabay


Doa yang Membasuh Sedihmu


kekasih, di tengah geruh gerimis itu
adakah rindu menyublimkan namaku
sebagai doa yang membasuh sedihmu?


seperti dalam kepalaku: jarak menyusut

2mili dari pandangku adalah bayangmu

sendiri tercenung memeluk air mataku.


kekasih, di tengah geruh gerimis itu

adakah rindu menjelma aku
yang piatu menanggung sedihmu?

2020


***



Menghamba pada Penderitaan


perpisahan ialah jalan menuju batas
kehidupan yang tak alpa dari derita.
begitu kita terus terbata mengeja luka
yang tak kita temu ramu-tawarnya.


kekasih, musnahkah seluruh cinta

yang tertumpuk di tubuh kita
seperti api tercerai dari panasnya?


kehilangan menyulap bilur air mata

menjelma arak yang memabukkan.
kekasih, pascapesta perpisahan
aku menghamba pada penderitaan.

2020


***



Menghardik Bekas Pelukmu


di belantara tubuhku, namamu
tercatat sebagai muasal rindu.


tiap kali gerimis jatuh, ingatanku

mengambur ke masa lalu:
mencarimu dalam igauanku.


di belantara rindu, namamu
tak sekalipun alpa kusebut.


tiap kali gerimis jatuh, tubuhku
menghardik bekas pelukmu
yang beku di ingatanku.

2020


***



Kenal Aku Sebagai Pengenang yang Baik


: N. Evani M.

2016
aku adalah apa yang menjadi asing bagimu.
kau cukup leluasa mengabaikan adaku
dan aku cukup mengerti bahwa kau adalah
sesuatu yang sepenuhnya bukan milikku.


adalah aku yang selalu berbicara tentang
semua yang mungkin tak ingin kau dengar
adalah aku yang terjaga menjaga mata
untuk tak jatuh pada yang selain kau.


2017
selebihnya adalah rahasia: aku meliarkan kau
dengan mereka, sekaligus mengunci
kau dari bahaya: semisal di selain aku
dengan atau tanpa sengaja kau terjebak
pada cinta yang tak kuingin adanya.


aku melindungimu dari apa pun yang kuanggap
sebagai berita yang tak layak diserap telinga
dari petaka paling mematikan yang tak sanggup
ditangkap sepasang mata, mata yang jelas tertahan
pada satu arah yang sama: kau seorang.


2018
kenal aku sebagai seorang pengenang yang baik.
tanpa perlu alasan, menyalin yang tersisa di ingatan
adalah satu-satunya cara yang dapat kulakukan.
adalah kau yang sengaja kurahasiakan, adalah kau
yang memilih hilang, lantas kekal di dasar kenangan.


bagaimana? bagaimana jika suatu kelak
kita hanya mampu bertemu melalui tulisan?
kau tak lagi sanggup mengeja adaku
dan aku yang lemah tiap kali harus
mengingat kau sebagai masa lalu.


2019
selebihnya adalah rahasia: diinginkan atau tidak
kita tetap akan segera diasingkan jarak.
kau akan menjelma segala yang senantiasa kuingat
sedang aku menjelma sesuatu yang tak lagi dapat
kau tangkap sebagai masa depan.


adalah kau yang senantiasa abadi di dalam puisi
adalah kau yang menolak lenyap dasar jantung
seorang lelaki, yang hidup semata untuk menikmati
perulangan-perulangan: mencintai kau, seumur Tuhan.


2019


***



Maaf, Tak Lagi Kusertakan Namamu dalam Sajak


D A N :
inilah caraku menyapih kata-kata
agar tak terus bertuhan pada luka.
abrakadabra! kusucikan tiap sajak
dari hadas masa lalu yang p o R a k –
p o R a n d a.

2020


***



Di Kedai Glagahsari


aku datang, kau sudah menunggu
di meja kedai paling jauh.
kau berbicara, entah dengan siapa
dengan kesepianmukah?


kupacu langkah, mendekatimu
mendekati kebahagiaanku
dalam dirimu.


aku di hadapanmu
menghadapi keraguanku
menghidupi keras inginku.


duh, dik, kapan boleh aku
tinggal seumur hidupku
dalam kehidupan baru
bersamamu?

2020


***



Tentang Penyair




Daffa Randai, lahir di Srimulyo, Madang Suku II, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan pada 22 November 1996. Alumnus mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Presiden komunitas Pura-Pura Penyair. Buku tunggal perdana: Rumah Kecil di Kepalamu (Purata Publishing, 2018). Beberapa puisinya terbit di buku antologi bersama, media cetak dan online. E-mail: randaidaffa22@gmail.com, Instagram: @randaidaffa96


Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com


Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan


https://www.literasikalbar.com/p/salam.html?m=1



Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post