Sabtu, 06 Mei 2023

Puisi Meraih Mimpi Dimas Tentang Waktu dan Upaya

author photo
literasi kalbar

Puisi Meraih Mimpi Dimas Tentang Waktu dan Upaya


"Waktu makin memadat, memaku yang telah lewat"


Angin Tak Akan Kembali


ini angin tak akan kembali lagi

awan-awan senja jadi serupa kain

yang menutupi wajahnya di atas kasur


aku dengar setelah ayat terakhir,

ada suara gemetar, juga hati

tiba-tiba meleleh seperti lilin


tubuhnya sebentar lagi tenggelam

dan aku menerka seberapa berat jiwa

jika ditimbang seperti daging di pasar


aku mungkin,

sekaligus banyak orang,

masih belum mengerti bagaimana

serbuk bunga bekerja bersama hujan,

bergerak dengan seksama menuju

keluasan antah berantah


aku membayangkan

jalan apa yang akan dilalui, juga

tempat apa yang akan dihadapi


apakah langkah kaki

tidak diperlukan lagi?


apakah ada binar terang

dengan setapak mulus di sana?


2023

***


Baca Juga : Sajak Wendy Lim dalam Catatan Cinta di Langit


Para Pejalan


Kita pejalan dengan kaki

yang terdampar


waktu melalu layaknya kilasan

seperti beliung, mengurai ingatan

dengan dendam


kita pernah terusir,

bersama banyaknya pertanyaan

yang belum rampung


adakalanya iman tak selalu mengalir

adakalanya yang kita percaya jatuh pecah,

bergelimpangan seperti keramik

dari ruang ibadah


kita pejalan dengan kaki

yang tak mungkin lagi menjejak


langit memotong warna biru


di atas, benih embun tak punya lagi

alasan untuk jatuh, dan mata angin

kehilangan kemampuan mengguncang

buah-buahan


kita, dengan hati yang penuh terkaan,

membayangkan lengan-lengan mimpi turun


membayangkan napas yang diburu

menjelang dirampas


2023

***


Tentang Waktu


waktu makin memadat,

memaku yang telah lewat


setiap yang murung

air muka menggelusur

bagai batang yang gugur


dan tetap,


kita akan sampai ke sana

ketika tahun-tahun menorehkan

noda hitam pada sehampar

angkasa yang putih


tatkala semi memandang kita

cinta itu masih ada, bergayut tumbuh,

seperti hutan-hutan di gigir gunung


dan tetap,


kita akan sampai ke sana

walau tubuh ini adalah

tulang-tulang daun


2023

***


Baca Juga : Tips Meningkatkan Keterampilan Membaca untuk Anak-Anak


Upaya


tetaplah mencari

dan tetaplah berada

di dalamNya


dunia,

tak pernah selesai

untuk tergerus


dan Ia


menyatu

dalam hidup


bagai teratai yang menguap

terkatung, membayangkan

riak-riak air


Kau masih berdiri


dan sayapMu

menetas bulu-bulu putih

seperti telur


dan sayapMu

menusuk jauh laut-benua

menyingkirkan alam yang dingin


melalui segala yang rupa

ajal kian menerpa


membasahi tanah gembur

juga menumbuhi mawar


2023


Baca Juga : Lomba Menulis Terbaru 2023


***


Keinginan


ada yang melerai kita pada gerimis ini

ketika pagi lupa untuk datang,

lanskap jadi selembar kabut


ada cinta yang membekas di cermin,

bibir cangkir, juga tepi tubuh kita


ada anggur sisa sesap yang kita rasakan

ketika sentuhan jadi gigil malam


ada segumpal kenangan yang pergi

dalam cerita yang utuh


ada bahasa yang kaku, yang kelu,

bahasa gugup kita


jika masih ada, aku ingin

—kuharap kau juga


menikmati yang tersaji ini

sehampar persentuhan

yang sedang menghampiri


2023

***



Dimas Julian Anggada yang lahir di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, 19 Juli 1998. Alumnus Sastra Indonesia di Universitas Pamulang. Hobi menonton film dan membaca buku. Beberapa karya puisi pernah dimuat di media Omong-omong Media dan Beritabaru.co. Bisa disapa melalui Instagram dan Twitter: @dimasanggada


Berkaitan dengan isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis. Literasi Kalbar sebagai wadah kreativitas berliterasi baca tulis.

Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com

Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan

Tulis Pendapat Anda 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post